Pagaralamku

"PAGARALAM" nama yang romantis untuk sebuah daerah. Langsung terbayang sederet pepohonan di punggung bukit yang menjadi pagar bagi alam. Mereka berdiri kokoh memagari apapun kekayaan alam yang ada di bukit itu. Rupanya imajinasi saya ini tidak terlalu meleset. Pertama kali menginjakkan kaki di Pagaralam, mata saya langsung disambut dengan hamparan kebun teh nan luas di punggung bukit, di area Gunung Gare, dengan deretan pohon di sela-sela kebun teh itu.
tea pagar alam IMG_2300
Saya dan teman-teman Sampai di Pagaralam saat hari sudah menjelang petang, ketika kabut sutra ungu perlahan turun menyelimuti perkebunan teh. Begitu sampai di villa wisata Gunung Gare, saya langsung duduk di teras villa dan memandang hamparan karpet hijau pepohonan teh di sekeliling. Melihat setting syahdu kebun teh ini, di kepala saya langsung berkelebat cerita-cerita drama misteri ala Hercules Poirot atau Sherlock Holmes. Tentu sedap sekali kalau shooting film drama misteri dengan setting kebun teh ini.
Ah, lupakan sejenak skenario film yang sudah memenuhi kepala. Saya harus segera mandi dan tidur cepat, karena besok paginya acara jalan-jalan sudah padat.
1. TEA WALK! YEAY!!!
I love tea walk! Berjalan di antara hamparan kebun teh, sambil sesekali berfoto-foto manja, adalah kegiatan yang membawa imajinasi saya terbang tinggi dan liar. Seperti banyak kebun teh lain di Indonesia, kebun teh di Pagaralam ini sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Para pekerjanya juga banyak didatangkan dari tanah Jawa, misalnya Bu Warsinah, generasi kedua dari Jawa Tengah yang sudah 40 tahun lebih bekerja sebagai pemetik teh.
Di usianya yang sudah hampir 60 tahun ini Bu Warsinah mendedikasikan hidupnya sebagai pemetik teh untuk menafkahi tiga orang anaknya. Setiap hari dia sudah standby bekerja sejak pukul 7 pagi, dan terus memetik teh hingga pukul 2 siang. Sehari antara 50-80 kg teh berhasil dia petik. Kebayang nggak betapa beratnya gendongan teh di punggung Bu Warsinah ketika hari sudah siang?
Puluhan kilogram dauh teh… Wow!
Setiap kilogram daun teh dijual ke pabrik seharga Rp 750-1200 per kilogram, katanya harga bisa fluktuatif. Jadi penghasilan Bu Warsinah dari memetik daun teh bisa fluktuatif antara Rp 37.500 hingga Rp 96.000 per hari. Bu Warsinah bilang, dia bersyukur masih kuat bekerja, berapapun penghasilannya. Berjumpa dan ngobrol dengan orang-orang seperti Bu Warsinah inilah yang sering menjadi pengingat bagi saya, untuk selalu mensyukuri sekecil apapun karunia yang kita nikmati.
pagaralam kebun teh ramai
2. RUSTIC TEA FACTORY
Dari kebun teh, kami mampir ke pabrik pengolahan teh PTPN 7, masih di area yang sama. Pabrik ini sudah berdiri sejak tahun 1929. Masa nggak capek ya berdiri terus selama 80 tahun lebih? Nggak pengin duduk apa?
Gedung, alat dan fasilitas pabrik sebagian besar masih otentik! Rustic, itulah kesan pertama saya. Sayangnya mereka tampak tidak siap menerima pengunjung. Hal ini terlihat dari lamanya kami menunggu di depan pabrik, hingga akhirnya mereka mengijinkan hanya 10 orang untuk masuk, itu pun dengan catatan dilarang memfoto di dalam pabrik. Padahal rombongan kami ada 17 orang. Maka saya mengalah, memberi kesempatan bagi kawan-kawan dari Malaysia dan Singapore untuk masuk. Saya, Simbok VenusBolang, dan Jo menunggu dengan duduk lesehan di tangga depan pabrik.
pagaralam pabrik teh
3. SITUS MEGALITIKUM (MIRIP) RUMAH HOBBIT
Beranjak dari kebun teh, kami menuju sebuah situs megalitikum di tengah sawah di Pagar Alam. Katanya ada 60 lebih situs megalitikum tersebar di seantero Pagar Alam, dan yang kami datangi adalah salah satu yang populer. Arkeolog atau pengumpul batu akik pasti betah main-main di sini soalnya ada arca berbentuk wajah manusia, dolmen, dan rumah batu.
Begitu mendengar kata ‘rumah batu’ dan melihat bangunannya, saya langsung kebayang kalau ini semacam rumahnya Hobbit gitu dong… Maka saya spontan masuk dan berfoto di rumah batu itu. Lalu, habis saya foto dan saya twit foto itu, datangnya bapak dari Disbudpar setempat, beliau dengan semangat dan ceria berkata kalau rumah batu itu sejatinya adalah KUBURAN! Iya, tempat buat menaruh orang mati, a.k.a jenazah, a.k.a mayat jaman dulu.
MAAAAKKKK…. Berarti barusan saya foto-foto manja di dalam kuburan ituuu!!! Langsung buru-buru saya baca doa, semoga nggak ada yang nempel atau apalah. Kan banyak ya cerita-cerita horror kalau abis main dari kuburan πŸ˜₯
pagaralam rumah batu

4. MY FIRST OFF ROAD EXPERIENCE!!!
Saya selama ini agak alergi sama yang namanya kegiatan off road. Coba bayangin, naik mobil tanpa kaca jendela samping, nyetir/disetirin gujrak-gajruk, badan terhempas naik-turun, plus nyebur lumpur, udah pasti pakai kecipratan lumpur dan sepatu dijamin tebel sama lumpur, apa enaknya?
Mending nyetir antar kota di New Zealand yang pemandangannya indah sambil lihat kawanan domba kan?  *oke, stop berkhayal.
Ternyata di Pagaralam ini ada satu spot di Padang Serunting, desa Rebah Tinggi, Dempo Utara tempat kawula mudanya main off road, baik roda empat maupun roda dua, sayang belum ada yang versi kursi roda. Saya tadinya skeptis, mikir, “Ah, males banget deh gojrak-gajruk naik mobil off road di sini. Foto-foto aja dari atas bukit trus capcus deh!,”
Sampai tiba-tiba petir menggelegar…
Lalu dari balik rimbunnya semak belukar muncullah seorang gadis manis berjilbab, masih muda belia, duduk dengan gagah di balik kemudi sebuah jeep biru. Gadis ini tersenyum ramah pada saya, sambil bilang, “Ayo kak off road sama aku?”
Waaah… saya luluh, nggak bisa nolak. Saya pikir, asik nih drivernya kalem, goncangannya pasti masih agak alus lah… maka naiklah saya ke mobil jeep yang dikemudikan Bimbim, nama gadis muda itu. Ternyata sodara-sodara…. BIMBIM NYETIRNYA SAMA AJA GOJRAK-GAJRUK SAMPAI MENTAL-MENTUL!!! Hahahaha… Jangan tertipu sama penampilannya yang lembut, Bimbim nyetirnya sangar juga! Dia bilang, nggak seru off road kalau nggak sampai gojrak-gajruk sampai mental. Bener juga sih.
Tapi ini bukan kejutan yang sesungguhnya.
Saya terkejut nyaris mati berdiri ketika ngobrol dan Bimbim cerita kalau dia sudah hobi nyetir off road selama setahun terakhir dan sekarang dia masih KELAS 3 SMP! Yasalaaaam… saya off road disetirin anak SMP!!! Punya SIM nggak Bim?
off road FullSizeRender 3
5. CURUP EMBUN
Air terjun. Tempat di mana air-air beterjunan dari ketinggian puluhan meter. Main, mandi dan foto-foto ala model kalender tahun 1990-an adalah kegiatan seru sehabis kotor demek kena cipratan lumpur saat off road. Udah, nggak usah saya tulis panjang lebar, nikmati aja fotonya dan bayangkan kamu berada di sana.
SAMSUNG CSC

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makanan khas pagaralam

Hubungan jarak jauh